Jepang terkenal dengan budaya malu yang sangat dijunjung. Malu ketika terlambat, malu ketika tertawa lepas, malu jika gagal dan sebagainya.Sebenarnya, seperti apa awalnya budaya ini dibangun, dan apa akibatnya jika diterapkan.Dan apakah Indonesia menirunya? Berikut ulasannya.

1.  Asal Muasal Budaya Malu Berkembang di Jepang
Gambar 1.Budaya hormat Jepang 

             Berdasarkan tulisan Bob Widyahartono MA di antaranews.com, Budaya malu di jepang awal dibangun berdasarkan Falsafah kuno, Konfusianisme yang berasal dari Cina banyak diserap para pendidik besar di Jepang. Sampai kinipun, bagi masyarakat jepang moral/akhlak konsep rinri (bertata-krama) dijunjung tinggi sebagai panduan yang menjiwai identitas dan tanggung jawab.Serta respek dan rasa malu.

2.  Seppuku, Jigai, Harakiri, Kamikaze
Gambar 2.Seppuku pada zaman samurai

             Di Jepang, ada konsep ‘’bunuh diri terhormat’’. Jaman dahulu, ketika samurai jepang melakukan kesalahan, ataupun ditawan oleh musuh ketika perang, yang berpotensi menyebabkan kegagalan dan kehancuran suatu kelompok atau golongan, maka samurai tersebut akan melakukan Seppuku/Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pedang ke perut sendiri) dan Jigai (bunuh diri samurai wanita jepang).Kamikaze(bunuh diri dengan mengorbankan diri dan menjatuhkan korban musuh). Semua itu dilakukan atas dasar budaya malu.

3.  Budaya Malu pada Zaman Modern Abad ke-21 di Jepang
Gambar 3.Permintaan maaf di jepang dilakukan dengan mundur dan menundukkan kepala

           Tindakan Harakiri sudah tidak banyak terjadi di Jepang. Data menunjukkan pada tahun 2017 terdapat 21.321 kasus, menurun dari puncaknya pada tahun 2003, yaitu mencapai 34.424 kasus.
            Di zaman modern ini budaya seperti itu tampil dalam bentuk budaya shame and guilty.seperti tindakan mengundurkan diri pejabat yang bertanggung jawab atas kejadian yang merugikan dan mencelakakan orang lain atau Negara.Menundukkan kepala tanda tidak mampu/sanggup mengemban tugas dan meminta maaf, Menunjukkan sikap kesatria/samurai jepang pada zaman dulu yang tetap ada.

4.  Penerapan di Negara Lain
             Budaya malu ini dapat dibangun di Negara lain, termasuk Indonesia. Nilai-nilai budaya,serta sikap dan perilaku perlu dibangun dengan pendidikan yang lebih awal dan ditanamkan sejak dini dan mengakar. Bahwa, bangsa yang punya rasa malu besar, akan menjadi bangsa yang kuat dan tidak ingin merugikan orang/bangsa lain atas kesalahannya.

Comments (0)